Wednesday, May 30, 2007

Rasa Nyeri

Apakah Itu Nyeri?

Nyeri (rasa sakit yang sangat) adalah suatu gejala yang sangat subjektif. Biasanya agak sulit melihat adanya nyeri kecuali dari keluhan penderita itu sendiri. Nyeri pada Odha sering terjadi dan merupakan kelainan penting yang mempengaruhi mutu hidup Odha. Lebih dari sepertiga Odha pernah diserang oleh rasa nyeri. Nyeri antara lain dapat disebabkan oleh infeksi HIV sendiri, efek samping obat, atau infeksi oportunistik.

Untuk mempermudah mengukur rasa nyeri, skala ukuran metrik (0 = tidak ada nyeri, 10 = nyeri sekali) dapat dipakai. Untuk nyeri pada anak, mungkin gambar diperlu untuk membedakan derajat nyeri (lihat Lembaran Informasi (LI) 616).

Bagaimana Nyeri Ditatalaksanakan?

Waktu kita sakit, kita mungkin menderita nyeri yang fisik (rasasakit di sekjur tubuh), sering kali dua atau tiga jenis nyeri dari berbagai gejala pada waktu yang sama. Kita juga dapat mengalami nyeri mental, dengan kesusahan dan kegelisahan sebagai tanda luarnya. Nyeri fisik dapat memperburuk nyeri mental, dan rasa nyeri mental dapat menambahkan rasa nyeri fisik.

Tidak seorang pun seharusnya betah dengan nyeri yang terus-menerus.

Penatalaksaan nyeri berarti menentukan jenis nyeri yang dialami, kemudian menentukan jenis pengobatan yang cocok. Ini proses yang seharusnya melibatkan pasien yang menderita nyeri beserta dokter.

Jangan merasa malu mengeluh karena nyeri. Nyeri adalah tanda bahwa ada masalah dengan tubuh kita.

Tujuan penatalaksanaan rasa nyeri adalah agar memberdayakan orang untuk menangani nyerinya sendiri. Jika kita dirawat di rumah, ini berarti kita harus dibimbing untuk menyesuaikan obatnya jika dipakai, atau bagaiamana memakai obat beserta dengan terapi tradisional misalnya refleksi atau pijat. Jika kita di rumah sakit, kita harus mampu memberitahukan perawat mengenai jenis rasa nyeri yang dialami, dan tingkat keberhasilan pengobatan agar dapat disesuaikan.

Ambang Rasa Nyeri

Kadang kala kita lebih mudah merasa nyeri, sedangkan ada kalanya juga kita dapat lebih tahan. Ada beberapa faktor yang menaikkan ambang rasa nyeri, sedangkan ada faktor yang menurunkannya. Kita harus mengupayakan agar mendapatkan faktor yang menaikkan ambang rasa nyeri, termasuk: hilangnya keluhan penderita; cukup tidur; dukungan spiritual dan emosional; dan pemakaian obat yang sesuai.

Sebaliknya, kita harus menghindari faktor yang menurunkan ambang rasa nyeri, yaitu: sulit tidur; kelelahan; kegelisahan; marah; depresi; bosan; dan rasa sunyi.

Terapi penunjang, termasuk akupunktur, refleksi, pijat, dan olahraga dapat meningkatkan ambang tersebut.

Pengobatan Nyeri

Upaya pertama adalah untuk mengobati penyakit yang menimbulkan nyerinya, jika bisa. Namun sambil cari alasan atau obat yang cocok, kita sebaiknya juga mengobati gejala dengan obat analgesik.

Penanganan nyeri tergantung dari derajat rasa nyeri serta tanggapan pada obat antinyeri. Pemberian dan penggantian obat antinyeri dilakukan secara bertahap. Tahapan digambarkan dengan Jenjang Analgesik dengan tiga tahap atau langkah.

Langkah pertama mencakup obat analgesik non-narkotik, misalnya aspirin atau parasetamol. Langkah kedua memberi narkotik lemah, misalnya kodein. Sedang pada langkah tertinggi, diberikan obat narkotik kuat, misalnya morfin.

Jenis obat antinyeri dapat meningkat ke tahap berikutnya bila tidak ada perbaikan pada dosis yang dianjurkan. Dalam waktu yang bersamaan hanya dapat dipakai satu obat dari setiap kelompok.

Biasanya, obat diberikan waktu kita merasa nyeri. Ini dapat berarti bahwa waktu nyeri diobati, dibutuhkan dosis besar, dengan kemungkinan ada efek samping. Beberapa ahli nyeri menganggap bahwa cara terbaik untuk menawarkan nyeri adalah dengan memberi obat pada jadwal tetap, dengan dosis tetap, sebelum rasa nyeri dialami.

Obat Narkotik

Banyak petugas perawatan kesehatan prihatin tentang ketergantungan fisik dan psikologis waktu meresepkan narkotik. Akibatnya, pasien sering diberi dosis yang terlalu rendah dengan jangka waktu terlalu lama untuk memberi penawaran yang cukup.

Namun, pengalaman dengan orang yang sangat sakit menunjukkan bahwa, walaupun ketergantungan fisik pada obat narkotik kadang terjadi, ketergantungan psikologis jarang. Adalah hak kita untuk memperoleh penawaran rasa nyeri yang terbaik, dan jika ini berarti pemakaian obat narkotik, kita harus berani memintanya.

Jika kita pengguna narkoba, mantan atau aktif, kita mungkin mempunyai toleransi terhadap narkotik yang dipakai untuk menawarkan nyeri. Dalam keadaan ini, sebaiknya kita mengetahui dokter bahwa kita pengguna narkoba, agar dia tidak meremehkan derajat penawaran nyeri yang dibutuhkan. Masalahnya adalah bahwa jika kita mengetahuinya, dokter mungkin anggap bahwa kita membesarkan rasa nyeri agar dapat lebih banyak obat. Ini bukan pilihan yang mudah, tetapi hanya kita dapat memilihnya.

Neuropati Perifer

Rasa nyeri yang diakibatkan neuropati perifer (rasa mati atau semutanpada tangan atau kaki) biasanya ditangani secara khusus. Lihat LI 555 untuk informasi lebih lanjut.

Garis Dasar

Nyeri, atau rasa sangat sakit, sering dialami oleh Odha, khususnya pada tahap akhir penyakitnya.

Kita semua berhak menerima pengobatan yang sesuai untuk rasa nyeri. Ini biasa mulai dengan obat analgesik yang biasa, tetapi jika ini tidak berhasil, obat narkotik lemah atau kuat mungkin dibutuhkan.

Namun rasa nyeri juga dapat dikurangi dengan beberapa intervensi lain, termasuk perhatian dari orang lain dan terapi penunjang.

http://www.spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=560

No comments: