Sunday, December 7, 2008

CAIRAN INTRAVENA





ASERING

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.



Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

* Na 130 mEq

* K 4 mEq

* Cl 109 mEq

* Ca 3 mEq

* Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

* Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati

* Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus

* Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran

* Mempunyai efek vasodilator

* Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral

KA-EN 1B

Indikasi:

* Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

* <>

* Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

* Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3B

Indikasi:

* Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

* Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

* Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

* Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3

Indikasi :

* Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

* Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

* Mensuplai kalium 20 mEq/L

* Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4A

Indikasi :

* Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

* Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal

* Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik


Komposisi (per 1000 ml):

* Na 30 mEq/L

* K 0 mEq/L

* Cl 20 mEq/L

* Laktat 10 mEq/L

* Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B

Indikasi:

* Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

* Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia

* Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik


Komposisi:

* Na 30 mEq/L

* K 8 mEq/L

* Cl 28 mEq/L

* Laktat 10 mEq/L

* Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS

Indikasi:

* Untuk resusitasi

* Kehilangan Na > Cl, misal diare

* Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL

Indikasi:

* Resusitasi

* Suplai ion bikarbonat

* Asidosis metabolik

MARTOS-10

Indikasi:

* Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik

* Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein

* Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

* Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN

Indikasi:

* Stres metabolik berat

* Luka bakar

* Infeksi berat

* Kwasiokor

* Pasca operasi

* Total Parenteral Nutrition

* Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600

Indikasi:

* Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

* Penderita GI yang dipuasakan

* Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)

* Stres metabolik sedang

* Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G

Indikasi:

* Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan

* Nitrisi dini pasca operasi

* Tifoid

1. Berat Badan

BB klien = 7,1 kg

BB normal untuk usia klien (9 bulan)adalah : Umur (bulan) + 9 = 18/2

2

= 9 kg

Persentase BB klien = 7,1 x 100%

9

= 79 % (Malnutrisi ringan) (75 – 90 % Grade I).

2. Tinggi Badan

TB = 70,5 cm

TB normal (0 – 1 thn) = 75 cm

Persentase TB Klien = 70, 5 x 100 %

70

= 94% (Malnutrisi Ringan) (90 – 95%)

3. Kebutuhan cairan

Kebutuhan cairan maintenance = 7,1 x 100 cc/hari = 710 cc/hari

IWL = 30 x 7,1 Total IWL + SWL = 333 + 1041

= 213 ……….(A) = 1374 cc

= A + 200 (37,4 – 36,8 0C)

= 213 + 200 (0,6)

= 213 + 120

= 333 cc

SWL = 1. Out put urine = 2 cc/kg BB/jam

= 2 x 7.1

= 14,2 cc/jam

= 341 cc/hari

2. Feses (3 kali) = 3 x 200 cc

= 600 cc

3. Muntah (1 kali) = 100 cc

DIarsipkan di bawah: 7. KDM ZONE

« IMT SEBAGAI ALAT PEMANTAU BERAT BADAN HIPERGLIKEMIA »

Obat antibiotik adalah obat yang sangat sering diresepkan dokter pada para pasien, misalnya pada pasien dengan gejala utama demam. Masyarakat pun sering menggunakan obat antibiotik tanpa resep dokter.

Menurut definisinya, obat antibiotik adalah bahan yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan atau menhancurkan kehidupan mikroorganisme, dalam hal ini adalah bakteri. Dalam dunia kesehatan, obat antibiotik digunakan untuk menghentikan infeksi bakteri di dalam tubuh manusia. Obat antibiotik terdiri dari banyak golongan yang dibagi lagi menjadi banyak jenis dengan cara kerja berbagai macam.

Di seluruh dunia, obat antibiotik tergolong sebagai obat keras yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, sehingga pembelian & penggunaan obat antibiotik tanpa resep dokter adalah suatu langkah yang salah, karena penggunaan obat antibiotik yang tidak tepat/rasional dapat menimbulkan berbagai bahaya bagi penggunanya.

Penggunaan obat antibiotik yang tidak rasional/tepat adalah:

- Dosis atau lama pemakaian yang tidak sesuai standar pengobatan

- Indikasi pengobatan yang salah

- Tidak diresepkan oleh dokter

- Penggunaan yang terlalu sering.

Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika[1] dilihat dari target atau sasaran kerjanya(nama contoh diberikan menurut ejaan Inggris karena belum semua nama diindonesiakan atau diragukan pengindonesiaannya):

* Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;

* Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;

* Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;

* Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;

* Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya oligomycin, tunicamycin; dan

* Antimetabolit, misalnya azaserine.

Penggunaan antibiotika

Karena biasanya antibiotika bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi yang mungkin terjadi pada bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang 'kebal' terhadap antibiotika. Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam dosis yang menyebabkan bakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak panjang agar mutasi tidak terjadi. Penggunaan antibiotika yang 'tanggung' hanya membuka peluang munculnya tipe bakteri yang 'kebal'.

Pemakaian antibiotika di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas karena dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas untuk menyeleksi sel-sel yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotika ini dikritik tajam oleh para aktivis lingkungan karena kekhawatiran akan munculnya hama yang tahan antibiotika.