Monday, December 15, 2008

Diosmin-Hesperidin, Angin Segar untuk Pasien Hemoroid



Penderitaan akibat hemoroid, sebenarnya telah dikenal sejak zaman baheula. Beberapa sejarah budaya dunia seperti Babylonia, Hindu, Yunani, Egypt, dan Hebrew bahkan telah menggambarkan serta mencatat berbagai kesusahan dan ketidaknyamanan akibat hemoroid. Anehnya, hingga kini tak banyak pasien yang berupaya mencari pengobatan untuk penyakit ini secara medis. Padahal, hemoroid adalah kasus yang sangat banyak dijumpai. Di Amerika Serikat saja, diperkirakan sekitar separuh dari individu diatas 50 tahun mengalami gejala penyakit ini. Dan, hanya sekitar 500 ribu pasien yang mencari pengobatan.
Setelah diamati, ternyata beberapa opini yang berkembang di tengah masyarakat disinyalir menjadi biang dari keengganan tersebut. Salah satu diantaranya adalah banyak masyarakat menganggap enteng hemoroid. Penyakit ini kerap dianggap sebagai penyakit ringan dan bersifat sementara. Artinya, penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya atau membaik dengan melakukan berbagai upaya pencegahan.
Meski hemoroid tidak mematikan seperti penyakit jantung, kanker, dan stroke, tapi penyakit ini sangat berpotensi mengurangi kualitas hidup seseorang. Rasa nyeri dan ketidaknyamanan akibat bengkak pada anus bisa mengurangi produktivitas seseorang. Oleh karena itu, pemberian terapi awal hemoroid sangatlah membantu untuk meningkatkan kualitas hidup serta menghindari komplikasi. Untuk derajat tertentu, jika telah terjadi perdarahan dan prolaps, tindakan invasif menjadi pilihan terakhir.
Hingga kini, memang belum ada obat yang benar-benar bisa menyembuhkan hemoroid. Namun kehadiran obat seperti diosmin dan hesperidin cukup memberi angin segar bagi penderita hemoroid. Pasalnya, bentuk mikronisasi kedua obat ini terbukti efektif mengatasi berbagai gejala hemoroid. Bahkan sebuah studi menemukan, pemberian keduanya sama efektif dengan rubber band ligation. Malah dengan efek samping yang lebih kecil.
1. Diosmin-Hespiridin
Farmakologi
Keduanya biasa diformulasi sebagai micronized purified flavonoid fraction (MPFF) unik yang mengandung 90% diosmin dan 10% hesperidin. Hesperidin diekstrak dari genus citrus dengan spesies Rutaceae aurantieae, suatu tipe jeruk kecil yang biasa ditemukan di daratan Spanyol, Afrika Utara, dan China. Sementara diosmin yang merupakan senyawa flavonoid diperoleh melalui proses sintesa, mulai dari bahan baku.
Melalui mikronisasi, kedua bahan aktif tersebut mengalami proses penggilingan dengan teknologi tinggi. Sebuah jet of air at supersonic velocities mampu mengurangi ukuran partikel standar dari 37 µm hingga kurang dari 2 µm. Akibatnya, penyerapan keduanya jadi lebih cepat dan lebih baik, sehingga bisa meningkatkan bioavailabilitas. Implikasinya tentu mengarah pada efikasi klinis yang lebih cepat dan superior.
Kedua senyawa tersebut memiliki mekanisme kerja yang unik. Layaknya noradrenalin, obat ini mengakibatkan kontraksi vena, menurunkan ekstravasasi dari kapiler dan menghambat reaksi inflamasi terhadap prostaglandin (PGE2, PGF2). Detailnya, diosmin-hesperidin dengan tepat bisa memerangi secara simultan semua aspek patologik dari penyakit pembuluh darah, lymphatic, dan mikrosirkulasi.
1. Pembuluh darah
Diosmin-hesperidin memperpanjang efek vasokonstriktor noradrenaline pada dinding pembuluh darah, bahkan didalam kondisi panas dan asam, serta bisa juga meningkatkan tonus venous. Aksi tersebut akhirnya bisa mengurangi venous capacitance, distensibility, dan stasis. Hal ini akan berujung pada peningkatan pengembalian vena dan mengurangi venous hyperpressure yang biasa dijumpai pada penderita chronic venous disease. Sedangkan pada tingkat mikrosirkulatori, diosmin-hesperidin terbukti melindungi venous valves dari perusakan yang diinduksi leukosit dan mencegah timbulnya refluks. Hal ini akan berdampak baik untuk mencegah terjadinya komplikasi pada progresi chronic venous disease.

2. Lymphatic
Diosmin-hesperidin bisa memperbaiki aliran limfatik dengan meningkatkan frekuensi dan intensitas kontraksi limfatik, serta meningkatkan jumlah total functional lymphatic capillaries. Keduanya juga mampu mengurangi diameter kapiler limfatik dan tekanan intralimfatik.

3. Mikrosirkulasi
Pada tingkat mikrosirkulasi, diosmin-hesperidin mengurangi permiabilitas kapiler dan meningkatkan resistensi kapiler dengan melindungi mikrosirkulasi dari proses perusakan. Obat ini juga bisa mengurangi pengeluaran dari molekul adhesi pada sel endotelial (ICAM1, VCAM1) dan pada leukosit (L-selectin, VLA-4, CD 11b), serta menghambat adhesi, migrasi, dan aktivasi leukosit pada tingkat kapiler. Hal ini akan berujung pada pengurangan pelepasan mediator inflamatori, radikal bebas dan prostaglandin (PGE2, PGF2a).

Aksi proteksi dan memperkuat vena serta sistem limfatik tersebut, dikaitkan dengan efek vasculoprotective pada makro dan mikrosirkulasi. Hal ini menjelaskan bagaimana efikasi penyembuhan dan protektif dari diosmin-hesperidin pada chronic venous disease dan hemorrhoidal disease, penyakit yang dikaitkan dengan inflamasi perivascular dan edema.
Indikasi
*Pada serangan hemoroid akut, diosmin-hesperidin sangat efektif, mengatasi semua tanda dan gejala seperti pendarahan, nyeri, discharge, tenesmus, dan proctitis.
*Efikasi diosmin-hesperidin bersama dengan fiber supplement lebih superior ketimbang fiber supplement saja, dan ekivalen dengan rubber-band ligation plus fiber supplement dalam menghentikan pendarahan karena hemoroid.
*Ardium dikombinasikan dengan infrared photocoagulation technique (IRP) lebih efektif menghentikan pendarahan secara cepat ketimbang dengan IRP saja.
* Diosmin-hesperidin dikombinasikan dengan hemorrhoidectomy secara signifikan mengurangi risiko pendarahan pasca bedah dan mempercepat waktu penyembuhan.

*Pengobatan jangka panjang untuk chronic hemorrhoidal disease, Diosmin-hesperidin terbukti mengurangi kekambuhan secara signifikan, durasi, intensitas dan keparahan dari serangan hemoroid.
Dosis
Serangan hemoroid akut: 6 tablet sehari selama 4 hari diikuti dengan 4 tablet per hari selama 3 hari.
Hemoroid kronik: 2 tablet per hari.
Efek Samping
Gangguan saluran cerna minor
Peringatan
Hati-hati penggunaan pada wanita yang menyusui
Nama dagang
Ardium
2. Kombinasi Bismuth
Farmakologi
Kombinasi bismuth subgallate, bismuth resorcin, bismuth subiodide, dan Zn oxide bisa meredakan gejala pada hemoroid eksterna dan interna tanpa komplikasi & fisura ani. Kombinasi obat ini juga bisa ditambahkan dengan suatu kortikosteroid (hidrokortison) yang bisa memperkuat efikasi dengan mengurangi gatal, bengkak, dan kemerahan pada inflamasi.
Indikasi
Meredakan gejala hemorrhoid, termasuk mengurangi nyeri minor, gatal, bengkak, dan ketidaknyamanan karena hemoroid.
Kontraindikasi
Hipersensitif
Dosis & Cara Pemberian
Satu suppositoria pada pagi dan malam hari, serta satu suppositoria tiap kali sesudah buang air besar.
Cara aplikasi: bersihkan area aplikasi dengan sabun ringan dan air, bilas lalu keringkan. Masukkan suppositoria dengan menggunakan aplikator ke dalam anus (setengah atau satu inci). Kemudian aplikasikan pada dan sekitar anal sesuai petunjuk. Jangan memasukkan jari atau bagian manapun dari kontainer obat ke anus. Selain itu, tidak dibenarkan memasukkan ujung aplikator lebih dari 1 inchi ke anus.
Efek Samping
Iritasi lokal mencakup kulit memerah, rasa terbakar, atau gatal pada sisi aplikasi. Jarang terjadi efek samping yang serius, seperti pendarahan rektal, perubahan penampilan kulit(warna, ketebalan), dan infeksi.
Peringatan
Penggunaan harus hati-hati untuk pasien yang alergi dengan hidrokortison, kehamilan, menyusui, dan pasien anak.
Nama dagang
Anusol, Anusol HC (kombinasi dengan hidrokortison)
3. Polidocanol
Farmakologi
Polidocanol merupakan sclerosing agent yang efektif. Obat ini mengandung 95% hydroxypolyethoxydodecane dan 5% ethyl alcohol. Polidocanol juga dikenal sebagai obat yang memiliki risiko komplikasi yang rendah.
Indikasi
Sklerosis dari varises untuk semua ukuran, dilatasi vena kutaneus dan wasir.
Dosis & Cara Pemberian
Maksimal 2 mg/kg/BB/hari. Sklerosis hemoroid: 0,5-1,5 ml/simpul yang mengalami dilatasi. Maksimal 2,5/bagian.
Kontraindikasi
Peradangan vena atau sel jaringan, atrofi, dermatitis, arteriosklerosis, vasokontriksi diabetik, endokarditis, miokarditis, kondisi demam, penyakit hati dan ginjal, asma bronkial, gangguan otonomik berat pada usia tua, setelah minum alkohol.
Efek Samping
Hiperpigmentasi
Peringatan
Jangan diberikan secara intra arteri
Nama dagang
Aethoxysklerol-Kreussler

Sunday, December 7, 2008

CAIRAN INTRAVENA





ASERING

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.



Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:

* Na 130 mEq

* K 4 mEq

* Cl 109 mEq

* Ca 3 mEq

* Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

* Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati

* Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus

* Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran

* Mempunyai efek vasodilator

* Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral

KA-EN 1B

Indikasi:

* Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)

* <>

* Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak

* Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3B

Indikasi:

* Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

* Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

* Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A

* Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3

Indikasi :

* Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas

* Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)

* Mensuplai kalium 20 mEq/L

* Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4A

Indikasi :

* Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak

* Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal

* Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik


Komposisi (per 1000 ml):

* Na 30 mEq/L

* K 0 mEq/L

* Cl 20 mEq/L

* Laktat 10 mEq/L

* Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B

Indikasi:

* Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun

* Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia

* Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik


Komposisi:

* Na 30 mEq/L

* K 8 mEq/L

* Cl 28 mEq/L

* Laktat 10 mEq/L

* Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS

Indikasi:

* Untuk resusitasi

* Kehilangan Na > Cl, misal diare

* Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL

Indikasi:

* Resusitasi

* Suplai ion bikarbonat

* Asidosis metabolik

MARTOS-10

Indikasi:

* Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik

* Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein

* Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam

* Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN

Indikasi:

* Stres metabolik berat

* Luka bakar

* Infeksi berat

* Kwasiokor

* Pasca operasi

* Total Parenteral Nutrition

* Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600

Indikasi:

* Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI

* Penderita GI yang dipuasakan

* Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)

* Stres metabolik sedang

* Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G

Indikasi:

* Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan

* Nitrisi dini pasca operasi

* Tifoid

1. Berat Badan

BB klien = 7,1 kg

BB normal untuk usia klien (9 bulan)adalah : Umur (bulan) + 9 = 18/2

2

= 9 kg

Persentase BB klien = 7,1 x 100%

9

= 79 % (Malnutrisi ringan) (75 – 90 % Grade I).

2. Tinggi Badan

TB = 70,5 cm

TB normal (0 – 1 thn) = 75 cm

Persentase TB Klien = 70, 5 x 100 %

70

= 94% (Malnutrisi Ringan) (90 – 95%)

3. Kebutuhan cairan

Kebutuhan cairan maintenance = 7,1 x 100 cc/hari = 710 cc/hari

IWL = 30 x 7,1 Total IWL + SWL = 333 + 1041

= 213 ……….(A) = 1374 cc

= A + 200 (37,4 – 36,8 0C)

= 213 + 200 (0,6)

= 213 + 120

= 333 cc

SWL = 1. Out put urine = 2 cc/kg BB/jam

= 2 x 7.1

= 14,2 cc/jam

= 341 cc/hari

2. Feses (3 kali) = 3 x 200 cc

= 600 cc

3. Muntah (1 kali) = 100 cc

DIarsipkan di bawah: 7. KDM ZONE

« IMT SEBAGAI ALAT PEMANTAU BERAT BADAN HIPERGLIKEMIA »

Obat antibiotik adalah obat yang sangat sering diresepkan dokter pada para pasien, misalnya pada pasien dengan gejala utama demam. Masyarakat pun sering menggunakan obat antibiotik tanpa resep dokter.

Menurut definisinya, obat antibiotik adalah bahan yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan atau menhancurkan kehidupan mikroorganisme, dalam hal ini adalah bakteri. Dalam dunia kesehatan, obat antibiotik digunakan untuk menghentikan infeksi bakteri di dalam tubuh manusia. Obat antibiotik terdiri dari banyak golongan yang dibagi lagi menjadi banyak jenis dengan cara kerja berbagai macam.

Di seluruh dunia, obat antibiotik tergolong sebagai obat keras yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, sehingga pembelian & penggunaan obat antibiotik tanpa resep dokter adalah suatu langkah yang salah, karena penggunaan obat antibiotik yang tidak tepat/rasional dapat menimbulkan berbagai bahaya bagi penggunanya.

Penggunaan obat antibiotik yang tidak rasional/tepat adalah:

- Dosis atau lama pemakaian yang tidak sesuai standar pengobatan

- Indikasi pengobatan yang salah

- Tidak diresepkan oleh dokter

- Penggunaan yang terlalu sering.

Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika[1] dilihat dari target atau sasaran kerjanya(nama contoh diberikan menurut ejaan Inggris karena belum semua nama diindonesiakan atau diragukan pengindonesiaannya):

* Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;

* Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;

* Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;

* Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;

* Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya oligomycin, tunicamycin; dan

* Antimetabolit, misalnya azaserine.

Penggunaan antibiotika

Karena biasanya antibiotika bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi yang mungkin terjadi pada bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang 'kebal' terhadap antibiotika. Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam dosis yang menyebabkan bakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak panjang agar mutasi tidak terjadi. Penggunaan antibiotika yang 'tanggung' hanya membuka peluang munculnya tipe bakteri yang 'kebal'.

Pemakaian antibiotika di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas karena dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas untuk menyeleksi sel-sel yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotika ini dikritik tajam oleh para aktivis lingkungan karena kekhawatiran akan munculnya hama yang tahan antibiotika.